13 Maret, 2012

Bundelanisme memaksa kamu menelan semuanya

Bayangkan saja.
Kalau ambil satu, harus ambil semua. Kalau telan satu, ya harus telan semuanya. Tidak boleh pilih-pilih yang kamu anggap baik saja, pokoknya... POKOKNYA ya, kamu harus telan semuanya, karena ini bundelan suci banget. Ayo telan!!!

Begitulah ciri utama bundelanisme, sebuah taktik ampuh dalam indoktrinasi.

Contoh yang paling jelas tentu agama, karena sebagai orang beragama pasti kita akrab sama bundelan indoktrinasi yang satu itu.Tapi itu kamu teliti dan jabarkan sendiri saja. Di sini kita main aman aja, kita pakai contoh lain yang lebih sopan:


Contoh HP:

Beli Handphone yang dibundel kartu perdana berbonus gratisan sekian hai, kita bakal dilarang kalau cuma mau beli HPnya saja atau kartu bonusnya saja. Semuanya harus dibeli sekaligus.

Nanti setelah telanjur beli, kita masih harus kecewa karena ternyata HP itu dilock, dikunci agar hanya bisa pakai kartu dari satu operator tertentu saja. Mau beralih ke lain OP jadi sulit, padahal sudah muak dengan layanan operator yang seperti setan.

Kekaguman kita pada tokoh yang kita kultuskan juga dapat memicu bundelanisme.

Saat kita kagum banget sama seseorang, misalnya seperti kamu yang kagum banget sama aku yang kharismatik dan keren sangat *sodorin pukebag*, apapun yang aku katakan bakal kamu terima seutuhnya sebagai kebenaran. Padahal yang bener paling cuma berapa kalimat, sisanya biar bullshit tetap juga kamu telan bulat-bulat sambil merem melek khidmat sebagai satu bundel. Logika kamu begitu terpesona pada bagian-bagian keren yang sebenernya anak kecil juga sudah tau, lalu karena terlalu yakin bahwa aku bakal selalu menyampaikan kebenaran, pertahanan pikiran kamu pun terbuka dan menelan mentah-mentah keseluruhan bundelan yang aku suguhkan. Akhirnya segala bullshit bisa menghujam ke bawah sadar kamu, Mengubah kamu jadi umat aku yang paling taat.

Contoh terakhir deh...

Itu buku-buku selfhelp, motivasi dan rohani-rohanian juga sering pakai taktik bundelan. Sesendok fakta diaduk dengan gombal sebelanga biar kelihatan saintipik dan sesuai kaidah ilemiyaah. Sialnya kita sering malas kritisi satu-satu tiap fakta yang disuguhkan, kita lebih suka menelan secara utuh. Ya sudah, kaffah dah.

Jadi gimana biar tidak mudah jadi korban bundelan?

Setiap indoktrinator yang menyodorkan bundelan pasti ingin kita menelan bulat-bulat, mereka bakal kasih sejuta alasan supaya kita tidak curiga. Tinggal kita, mau nurut membabibuta, atau mau seleksi satu persatu.

Kalau mau repot ya sebaiknya selalu mikir dan meluangkan waktu dan energi untuk meneliti dan menyeleksi apapun yang terbundel sebelum menelannya.

Hidup jadi manusia berpikir memang tidak mudah. Kalau mau mudah tuh jadi kucing piaraan saja, hidupnya cuma cari makan, tidur, seks. Tak usah mikir rumit-rumit. Hidupnya mengalir seperti air, selalu damai lahir dan batin, wajah ceria optimis, dahinya berbulu memancarkan keimanan. Matinya juga langsung masuk surga surga yang paling dalam.... :)

Gimana, kamu punya taktik lain lain untuk menghindari taktik bundelan? Atau malah punya cara menyuguhkan buntelan supaya enak ditelan bulat-bulat?

Mangga atuh :)
1

1 komentar: